Paper Ekonomi
Sumberdaya Hutan Medan, 12
April 2019
KLASIFIKASI DAN
JENIS PEMANFAATAN SAGU
(Metroxylon sp.)
(Metroxylon sp.)
Dosen Penanggung Jawab:
Dr.
Agus
Purwoko, S.Hut., M.Si.
Oleh :
Izhar Ilyas Hasibuan
Izhar Ilyas Hasibuan
151201018
Hut 4D
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS
KEHUTANAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih-Nya memberikan pengetahuan, pengalaman, kekuatan, dan kesempatan sehingga saya mampu
menyelesaikan Paper Ekonomi Sumberdaya Hutan ini.
Paper yang berjudul “Klasifikasi Jenis dan Pemanfaatan Sagu
(Metroxylon sp.)” ini dimaksudkan adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi Sumberdaya Hutan sekaligus sebagai syarat maengikuti mata kuliah ini.
(Metroxylon sp.)” ini dimaksudkan adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi Sumberdaya Hutan sekaligus sebagai syarat maengikuti mata kuliah ini.
Dalam
proses pembuatan paper ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada Bapak Dr.
Agus Purwoko, S.Hut., M.Si selaku dosen pembimbing, serta kepada kedua orang
tua yang memberikan semangat.
Penulis menyadari bahwa paper ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari berbagai
pihak dalam upaya untuk memperbaiki isi laporan ini akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya
Medan, 12 April 2019
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .........................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang...................................................................................
1.2.
Rumusan Masalah .............................................................................
1.3. Tujuan ...............................................................................................
BAB II ISI
2.1. Potensi dan Penyebaran Pohon Aren
................................................
2.2. Klasifikasi dan Morfologi
Pohon Aren ............................................
2.3. Pemanfaatan Pohon Aren ..................................................................
2.4. Usaha dan Pengelolaan Pohon Aren .................................................
BAB III PENUTUP
3.1.
Kesimpulan .......................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sumberdaya
hutan (SDH) Indonesia menghasilkan berbagai manfaat yang dapat dirasakan pada tingkatan
lokal, nasional, maupun global. Manfaat tersebut terdiri atas manfaat nyata
yang terukur (tangible) berupa hasil hutan kayu, hasil hutan non kayu
seperti rotan, bambu, damar dan lain-lain, serta manfaat tidak terukur (intangible)
berupa manfaat perlindungan lingkungan, keragaman genetik dan lain-lain. Saat
ini berbagai manfaat yang dihasilkan tersebut masih dinilai secara rendah
sehingga menimbulkan terjadinya eksploitasi SDH yang berlebih.Hal tersebut
disebabkan karena masih banyak pihak yang belum memahami nilai dari berbagai
manfaat SDH secara komperehensif.Untuk memahami manfaat dari SDH tersebut perlu
dilakukan penilaian terhadap semua manfaat yang dihasilkan SDH ini.Penilaian
sendiri merupakan upaya untuk menentukan nilai atau manfaat dari suatu barang
atau jasa untuk kepentingan manusia.
Analisis
ekonomi SDH dapat diketahui apa yang diusahakan, berapa jumlahnya, kapan
ditanam dan kapan dipanen serta berapa harga jual sehingga pengelolaan hutan
dapat menguntungkan dan berkesinambungan. Pertimbangan-pertimbangan ekonomi
tidak hanya pada kegiatan pemanfaatan hasil hutan, tetapi juga berlaku untuk
kegiatan konservasi dan rehabilitasi hutan dalam upaya meningkatkan jasa
lingkungan dari hutan.Pada dasarnya ekonomi summberdaya hutan tidak berbeda dengan
ilmu pengetahuan ekonomi pada umummnya, karena sumberdaya hutan mengandung
sifat - sifat khas sehingga dipandang dapat dipahami kalau dipelajari sebagai
subjek pengetahuan tersendiri.Ekonomi SDH adalah suatu bidang penerapan
alat-alat analisis ekonomi terhadap persoalan produksi, permintaan, penawaran,
biaya produksi, penentuan harga termasuk dalam kajian ekonomi mikro dan masalah
kesejahteraan masyarakat (kesempatan kerja, pendapatan produk domestik dan
pertumbuhan ekonomi) yang termasuk dalam kajian ekonomi makro.Ilmu ekonomi
adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia dalam melakukan
pilihan dari berbagai alternatif. Dengan demikian Ekonomi sumberdaya hutan
adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam memanfaatkan sumberdaya
hutan, sehingga fungsinya dapat dipertahankan dan ditingkatkan dalam
jangka panjang.
Sumberdaya
alam mempunyai peran penting dalam kelangsungan hidup manusia.Sumber daya alam
terdapat dimana saja seperti di dalam tanah, air, permukaan tanah, udara dan
lain sebagainya contoh dasar sumber daya alam seperti barang tambang, sinar
matahari, tumbuhan hewan, dan banyak lagi lainnya.Pengelolaan terhadap
sumberdaya alam harus sangat bijaksana.Karena diperlukan waktu yang cukup lama
untuk bisa memulihkan kembali apabila telah terjadi kerusakan/kepunahan.
Pengelolaan secara bijaksana yaitu pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya yang
optimal dan berwawasan lingkungan agar sumberdaya alam yang ada tetap lestari.
Manfaat SDH sendiri tidak semuanya memiliki harga
pasar, sehingga perlu digunakan pendekatan-pendekatan untuk mengkuantifikasi
nilai ekonomi SDH dalam satuan moneter.Sebagai contoh manfaat hutan dalam
menyerap karbon, dan manfaat ekologis serta lingkungan lainnya.Karena sifatnya
yang non market tersebut menyebabkan banyak manfaat SDH belum dinilai secara
memuaskan dalam perhitungan ekonomi. Tetapi saat ini, kepedulian akan
pentingnya manfaat lingkungan semakin meningkat dengan melihat kondisi SDA yang
semakin terdegradasi. Untuk itu dikembangkan berbagai metode dan teknik
penilaian manfaat SDH, baik untuk manfaat SDH yang memiliki harga pasar ataupun
tidak, dalam satuan moneter.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pertumbuhan Tanaman Sagu?
2. Bagaimana Penanaman Sagu?
3. Bagaimana Potensi Tanaman Sagu?
4. Apa Saja Pemanfaatan Tanaman Sagu?
1.3.
Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pertumbuhan Tanman Sagu
2. Untuk Mengetahui Penanaman Sagu
3. Untuk Mengetahui Potensi Tanaman Sagu
4. Untuk Mengetahui Pemanfaatan Tanaman Sagu
BAB II
ISI
2.1. Pertumbuhan
Tanaman Sagu
Tanaman sagu
merupakan tanaman yang berkembangbiak dengan meng-hasilkan anakan. Dalam satu
indukan tanaman sagu mampu menghasilkan anakan yang cukup banyak. Pada umur 4-5
tahun, anakan sagu mulai membentuk batang, kemudian pada sekitar batang bagian
bawah tumbuh tunas-tunas yang berkembang menjadi anakan (sucker). Pada kondisi
tanaman yang baik setiap 3-4 tahun dua anakan akan berkembang menjadi
pohon. Seperti tumbuhan pada umumnya, tanaman sagu melewati periode
per-tumbuhan vegetatif dan generatif. Periode vegetatif diawali dengan fase
pertumbuhan anakan atau semaian, selanjutnya memasuki fase sapihan yaitu telah
muncul sistem perakaran pada anakannya.
Fase selanjutnya
adalah fase pertumbuhan yang biasa disebut dengan fase tiang yaitu anakan telah
tumbuh mandiri dan telah membentuk pelepah daun yang keras. Setelah melewati
fase tiang, tanaman sagu mulai membentuk batang, fase tersebut dinamakan fase
pohon. Pada fase pohon tanaman sagu telah memiliki tinggi >5 m.
Fase pohon
menjadi batas antara periode vegetatif dengan periode generatif. Pada awal
periode generatif dimulai dengan fase masak tebang, selanjutnya tanaman sagu
akan melalui fase putus duri, yang pada saat tersebut sebagian duri pada
pelepah daun telah lenyap. Fase berikutnya adalah fase daun pendek
“maputi”.
Pada fase tersebut tanaman sagu sudah siap untuk dipanen batangnya.
Beberapa fase berikutnya adalah fase jantung “maputi masa”, sirih buah, dan
terakhir fase lewat masak tebang, yang pada saat tersebut tanaman sagu melewati
masa pembentukan bunga hingga berbuah dan mati.
2.2. Penanaman Sagu
Penanaman sagu dilapangan
sebelumnya telah melalui proses persemaian terlebih dahulu. Persemaian
dilakukan selama 3 bulan dan dilakukan di kanal dengan menggunakan rakit yang
terbuat dari pelepah sagu atu rangka bambu. Sebelum dilakukan persemaian, bibit
sagu dipangkas daunnya terlebih dahulu dengan ke-tinggian pangkas 30-50 cm dari
banir (bonggol).
Fungsi dari pemangkasan adalah
agar evaporasi dapat ditekan dan untuk mempercepat pemunculan calon tunas
pertama yang selanjutnya akan menjadi daun. Selain itu bibit perlu dicelupkan
kedalam larutan fungisida untuk mencegah timbulnya cendawan selama
persemaian.
Setelah 3 bulan dipersemaian
bibit diangkut dan dipindahkan ke lapangan tempat dilakukanya penanaman. Pada
penanaman dilapangan, terlebih dahulu di-lakukan pengajiran hal ini dimaksud
untuk menandai tempat dibuatnya lubang tanam beserta penentuan jarak tanam.
Jarak tanam antar ajir 10 m x 10 m bila pada kebun diusahakan sistem tanam
monokultur, tetapi bila diusahakan dengan tumpang sari jarak tanam yang
digunakan antar ajir 10 m x 15 m.
Lubang tanam dibuat dengan ukuran
30 cm x 30 cm x 30 cm, tetapi kedalaman lubang tanam yang ideal adalah ketika
lubang tanam telah menncapai permukaan air tanah. Dalam maksimum dari lubang
tanam yang dibuat ± 60 cm.
Bibit
sagu segera ditanam setelah selesai pembuatan lubang, pada bagian rhizome yang
dipotong harus ditutup dengan tanah agar tidak terkena serangan hama dan
penyakit. Daun yang baru tumbuh juga pucuk daun dipotong agar tidak terjadi
kerusakan atau patah. Abut yang telah ditanam diberikan dua potong kayu yang
berfungsi sebagai penguat abut agar tidak hanyut bila terjadi
penggenangan.
2.3. Potensi Tanaman Sagu
Indonesia
merupakan negara yang dianugerahi Tuhan dengan kekayaan sumber daya alam yang menopang
kehidupan masyarakatnya, mulai dari kekayaan bahari hingga kekayaan hutan yang
tak terbendung banyaknya. Persoalaan yang muncul hanyalah pada sumber daya
pengelolaan kekayaan tersebut hingga menjadi sesuatu yang bermanfaat. Salah
satu dari kekayaan hutan Indonesia yang cukup signifikan yakni tanaman sagu
(Metroxylon). Mengapa sagu termasuk kekayaan Indonesia ? Sebab, dari total area
hutan sagu di dunia, Indonesia memiliki satu juta hektar hutan sagu yang
tersebar di beberapa provinsi di indonesia. Sebaran lahan pohon sagu terbesar
di Indonesia terdapat di beberapa wilayah yaitu Papua, Maluku, Riau, Sulawesi
Tengah dan Kalimantan.
Potensi luas areal sagu di
Indonesia, berkisar 1,128 juta ha atau 51,3% dari 2,201 juta ha areal sagu
dunia, Provinsi Papua merupakan wilayah dengan luas areal sagu terluas mencapai
600.000 ha. Beberapa daerah seperti Maluku mempunyai areal sagu (30.000 ha),
Riau (30.000 ha), Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara (33.000 ha), Lembah
Mahakam, Barito dan Kalimantan Tengah (48.000 ha) Sulawesi Tenggara (13.710
ha), Sulawesi Selatan (4.000 ha) dan Kalimantan Barat (2.000 ha). Namun
pemanfaatan sagu di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan Malaysia dan
Thailand yang masing – masing hanya memiliki areal sagu seluas 1,5% dan 0,2%[2]. Dari luas hutan sagu tersebut, secara
matematis sagu ikut menyumbang pemasukan bagi Indonesia dikisaran trilyunan
rupiah. Berdasarkan hasil kajian dan pemetaan Forum Kerjasama Agribisnis, jika
Indonesia mau membudidayakan sagu dan memanfaatkan pengelolaannya secara
maksimal dalam memproduksi tepung sagu, maka dalam jangka waktu sekali panen,
industri tepung sagu dengan kisaran harga Rp. 2.400 per kilo gramnya pun sudah
mampu menyumbang pendapatan kotor dikisaran 4 trilyun rupiah.
Sagu
merupakan tanaman yang asalnya asli dari Indonesia. Sagu (Metroxylon
spp). Sebagai salah satu tumbuhan palem yang tumbuh di daerah tropis
basah, memiliki multifungsi dalam kehidupan masyarakat. Bagian empulur dari
batang sagu dapat menghasilkan atau diambil pati sebagai bahan pangan utama
bagi setiap masyarakat Papua dan Maluku serta beberapa daerah lain di Indonesia
bagian timur. Sagu tumbuh di daerah rawa yang berair tawar atau daerah rawa
yang bergambut dan di daerah sepanjang aliran sungai, sekitar sumber air, atau
di hutan rawa yang kadar garamnya tidak terlalu tinggi dan tanah mineral di
rawa-rawa air tawar dengan kandungan tanah liat lebih dari 70% dan bahan
organik 30%. Pertumbuhan sagu yang paling baik adalah pada tanah liat kuning
coklat atau hitam dengan kadar bahan organik tinggi.
2.4.
Pemanfaatan Tanaman Sagu
Akar
1.
Sebagai penata sumber air di dalam tanah sehingga
terhindar dari kekeringan.
2.
Menahan banyaknya air hujan yang jatuh ke tanah dan
menyebabkan banjir.
Daun
1.
Pembuatan atap rumah.
2.
Pembuatan tumang sagu
3.
Kerajinan tangan
4.
Menghasilkan lebih banyak oksigen
dan menyerap lebih banyak karbondioksida yang menyebabkan efek rumah kaca.
Pelepah
1.
Pelepah yang berumur 4-5 tahun
dapat digunakan sebagai keperluan bangunan seperti dinding, plavon, serta
hiasan dinding
2.
Saat pelepah berusia antara 6-20
tahun dapat digunakan sebagai pembuatan lem, etanol, dan kue-kue secara
tradisional.
3.
Bahan membuat rakit
4.
Bahan membuat peredam suara
seperti di studio rekaman
5.
Bahan membuat kursi, meja, dan
tempat tidur
6.
Bahan membuat aneka kerajinan
tangan
Empulur
atau bagian terdalam
1.
Dapat digunakan sebagai bahan
makanan pokok bagi masyarakat
2.
Dapat digunakan sebagai bahan
pangan pembuatan kue
3.
Dapat digunakan sebagai bahan
makanan ternak
Kulit
atau Batang
1.
Keperluan bahan baku meubeul
2.
Keperluan bahan bangunan seperti
dinding, flavon, dll.
3.
Batang sagu juga dapat digunakan
sebagai bahan baku dalam industri kertas
4.
Bahan campuran kayu bakar
5.
Tempat hidup sejenis serangga
yang dinamakan tempayak yang juga dikonsumsi oleh sebagian masyarakat
Umbut
dan Buah
1.
Umbut dan buah sagu memiliki
bentuk yang hampir serupa dengan buah salak dan rasa yang sedikit sepat. Umbut
dan buah biasa dijadikan bahan konsumsi bagi sebagian masyarakat.
Ela
Sagu (Ampas Sagu)
1.
Digunakan sebagai pupuk organik
atau kompos
2.
Digunakan sebagai bahan makanan
ternak (sapi, itik, dll)
3.
Digunakan sebagai campuran briket
arang, papan partikel
4.
Bahan campuran media menanam
tumbuhan seperti jamur
Manfaat
Olahan Makanan dari Tanaman Sagu
1.
Memberikan efek kenyang tanpa
menyebabkan kegemukan
2.
Mencegah terjadinya sembelit
3.
Mengatasi gangguan pada perut dan
pencernaan seperti kembung, muntah, mencret, serta buang air besar berdarah
4.
Menurunkan resiko terkena kanker
usus
5.
Kandungan fosfor pada sagu dapat
membantu menjaga kesehatan tulang dan gigi
6.
Memiliki indeks glikemik yang
rendah. Artinya sagu dapat dikonsumsi oleh penderita diabetes melitus karena
tidak cepat meningkatkan kadar gula (glukosa) dalam darah.
DAFTAR PUSTAKA
Haryanto,
B. dan Philipus Pangloli.1992. Potensi dan Pemanfaatan Sagu.
Kanisius: Bogor.
Harry, T. U. 2006. Pemanfaatan Gelatin Tepung Sagu (Metroxylon sago) Sebagai Bahan Pakan
Ternak Ruminansia (Ultilization of Sago
(Metroxylon sago). Jurnal Kehutanan, 6(2): 108-111.
Kindangen, J. G. dan I. E. Malia. 2006. Pengembangan
Potensi dan Pemberdayaan Petani Sagu di Sulawasi Utara. Dalam Prosiding Seminar
Sagu Nasional Sagu untuk Ketahanan Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan. Bogor.
Pangloli. P. dan Royaningsih.
2006. Pengaruh Substitusi Terigu Dengan Pati Sagu dalam Pembuatan Biscuits
Marie dan Cracker. Dalam Prosiding Simposium Sagu. Jakarta: Budi Karya.
Pietries, D. 1996. Study Mengenai Hutan Sagu di Maluku. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Pranamuda, M. Y. Tokiwa dan H.
Tanaka. 2006. Pemanfaatan Pati Sagu Sebagai Bahan Baku Biodegradable Plastik.
Jakarta : Cipta Karya.
Samad, M. Y. 2007. Pembuatan
Beras Tiruan (Artificial Rice) dengan Bahan Baku Sagu. Jakarta: Budi Karya.
Wijandi, S., Pamdji, S. Hardjo,
Machmud, dan E. Gumbira. 1981. Pengembangan Pengelolaan Sagu di Sulawesi
Tenggara dan Maluku. Pertanian IPB: Bogor.